TEKNIS BUDIDAYA yang BAIK

Melayani Jasa Sambung Samping dan pendampingan Teknis Budidaya lainnya

PENDAMPINGAN

Melakukan pendampingan petani anggota untuk peningkatan kesejahtraan.

PETANI ANDALAN

Memberikan pelatihan kepada petani kakao anggota Koperasi KGG

PEMBELIAN BIJI KAKAO

Pembelian biji kakao dengan harga lebih baik dipetani

PEMBIBITAN KAKAO

Penjualan Bibit Sambung Pucuk

Rabu, 15 April 2015

Lomba Kebun




Rawat ki kebun ta' menjadi tema kegiatan Lomba Kebun yang diadakan oleh Program SERAP kerjasama dengan Koperasi Gabungan Gapoktan. Sebagai upaya untuk tetap mendorong dan menyemangati para petani kakao untuk terus merawat dan mempertahankan lahan kakaonya agar tidak menggantinya dengan komiditi lain. Kegiatan ini diintegrasikan dengan kegiatan sertifikasi yang sementara dilaksanakan oleh SERAP dan KGG dimana semua persyaratannya harus memenuhi standar Sertifikasi.

Ketentuan Umum

1.      Lomba ini dikhusukan untuk petani kakao sertifikasi yang berdomisili di Kabupaten Kolaka Timur - Kolaka
2.      Kebun yang diikutkan adalah kebun pribadi yang terdaftar sebagai kebun sertifikasi.
3.      Setiap peserta mengisi formulir dan profil kebun yang memuat informasi kebun kakao yang diikutkan dalam lomba.
4.      Peserta lomba kebun harus siap diverivifikasi oleh panitia lomba untuk memastikan data kebun yang diserahkan sesuai.
5.   Luasan kebun minimal 0,5 Ha, dengan jumlah pohon kakao paling sedikit 300 pohon.
6.      Verifikasi kebun oleh Panitia Lomba dimulai 1 April 2015 dan ditutup tanggal 11  April  2015 pukul 24.00 WIB.
7.      Nama peserta akan diumumkan tanggal  12 April 2015
8.      Penilaian kebun akan dilakukan 13-22 April 2015
9.      Pengumuman pemenang akan dilakukan pada tanggal  28 April 2015

Ketentuan Khusus

1.      Setiap peserta yang memiliki 2 kebun sertifikasi dapat memilih hanya satu kebun untuk diikutkan dalam lomba.
2.      Dalam satu keluarga/kartu keluarga hanya bisa didaftarkan satu orang saja.

Tata cara pendaftaran kebun:

1.      Petani/peserta akan mengisi Formulir pendaftaran
2.      Petani/peserta akan mengisi Profil Kebun
3.      Pendaftaran dimulai tanggal 1 April  2015 – 5 April  2015
4.      Petani/peserta mengembalikan Form yang telah diisi kepada Penitia Lomba atau kepada FF SERAP.

Kriteria Penilaian Kebun

-         Penerapan GAP
-         Kebun Memiliki tempat pencucian dan tempat pestisida (tempat pestisida dan tangki)
-         Memiliki pengetahuan yang baik  Tentang Sertifikasi
-         Tidak menggunakan pestisida berbahan aktif parakuat
-         Kebun bebas dari limbah botol pestisida
-         Memilki pohon penaung
-         Memiliki lubang sanitasi/ rorak

 

Juri Lomba

1.        Misbahuddin  (ADM Cocoa)
2.        Jamal, SP (Dinas Perkebunan dan Hortikultura Kab. Kolaka Timur)
3.        Abd Gafur  (Swisscontact)
4.        Jumardin  (Perwakilan Petani Sertifikasi)

Informasi Lomba Kebun 2015 Sekretariat Koperasi Gabungan Gapoktan (KGG), Desa Tokai Kec. Poli-polia. HP: 08114618956

Kamis, 02 April 2015

Hama Utama Tanaman Kakao

1. Penggerek Buah Kakao 

Hama penggerek buah kakao (PBK) pada awalnya disebut juga dengan Acrocercops Cramerella dan saat ini selalu disebut dengan Conopomorpha Cramerella snellen. Hama ini merupakan hama utama pada tanaman kakao di Asia Tenggara dan Indonesia. Hama kakao ini sangat merugikan karena serangannya dapat merusak hampir semua hasil (buah). Hama PBK dapat menurunkan produksi hingga 80% jika tidak ditanggulangi dengan cepat.

2. Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.) 
Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.) merupakan hama yang menyerang kakao dengan cara menusuk dan menghisap cairan sel. Akibatnya timbul bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman. Serangan pada buah muda dapat menimbulkan kematian, atau berkembang terus tetapi permukaan buah menjadi retak dan bentuknya tidak normal, sehingga menyebabkan layu dan mati. Pada serangan berat, daun-daun gugur dan ranting mengeras. Serangan hama ini dapat menurunkan produksi sebesar 50-60 %, dan serangan yang berulang setiap tahun dapat menimbulkan kerugian sangat besar karena tanaman tidak sempat tumbuh normal.

3. Penggerek batang (Squamura sp.) 
Penggerek batang (Squamura sp.) adalah hama utama pada tanaman kakao yang menyerang pada batang atau cabang dengan cara menggerek batang kakao sampai ke jaringan pengangkut. Ulat (larva) hama ini merusak bagian batang/cabang dengan menggerek menuju empulur (floem) batang/cabang. Selanjutnya gerakan membelok ke atas. Panjang lobang gerekan 40 - 50 cm. Pada permukaan lubang yang baru digerek sering terdapat campuran kotoran dengan serpihan jaring. Akibat gerekan ulat, bagian tanaman di atas lubang gerekan akan merana, layu, kering dan mati. Bila tanaman yang diserang masih kecil atau tanaman yang belum menghasilkan maka menimbulkan kerugian yang cukup besar. Jelaskan juga tentang hama penggerek batang yang lain.
Sumber: Modul Penerapan Budidaya Terbaik Kakao - SCPP




Selasa, 24 Februari 2015

Swiss Bantu Kembangkan Petani Kakao di Sultra

Sumber Foto: Harian Terbit
 
Kendari- Pemerintah Swiss melalui Lembaga Swisscontact tertarik untuk membantu mengembangkan kakao di Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan cara mengedukasi petani kakao di daerah itu.

Konsuler kehormatan Swiss untuk kawasan Indonesia Timur, Julia Pupela di Kendari, Jumat, mengatakan, edukasi yang diberikan tersebut melalui Swisscontact di antaranya penguasaan akses pasar dan pengelolaan budidaya tanaman kakao.


"Melalui Lembaga Swisscontact telah membantu petani kakao di Provinsi Sulawesi Tenggara membuka akses pasar petani kakao dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka," katanya seperti dilansir Antara, Jumat (6/2).


Disebutkan, petani kakao yang diedukasi dalam hal pengembangan kakao tersebut ada di Kabupaten Kolaka dan Kolaka Timur yang merupakan sentra produksi kakao di daerah itu.


"Salah satu kendala dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani kakao karena lemahnya akses pasar petani kakao,"katanya.


Menurutnya, petani merugi karena tidak memahami permainan pasar yang dilakukan tengkulak kakao yang sengaja memanipulasi harga kakao agar selalu rendah, ditambah lagi kualitas dan mutu kakao dinilai rendah meski kualitasnya sesungguhnya bagus.


"Komdisi itulah yang menjadi salah satu alasan untuk bekerja sama dengan pemerintah daerah ini untuk mengembangkan kakao yang dimulai dengan memberikan edukasi atau pelatihan kepada petani," kayanya.


Julia berharap, kerja sama itu bisa lebih meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dengan Swiss, sehingga tujuan dari program itu bisa terwujud yakni membantu meningkatkan kesejahteraan petani.

Sumber: Harian Terbit

Sabtu, 22 November 2014

Petani Kakao patut "Waspadai" penykit "Cocoa Swollen Shoot Virus Disease"


Indonesia merupakan negara ketiga penghasil kakao terbesar didunia setelah Pantai Gading dan Ghana atau setara dengan 15% total produksi kakao dunia. Kakao diindonesia mayoritas perkebunan rakyat, dalam artian yang lain didaerah sentra kakao komoditi ini menjadi nadi ekonomi. Petani kakao di Indonesia sekarang diperkirakan berjumlah 1.4 juta rumah tangga, umumnya berskala kecil, sekitar 2 hektar atau kurang, sekalipun di luar Jawa.

Seperti halnya dengan komoditi lain, hama penyakit masih menjadi ke khawatiran utama di tingkatan petani. OPT sering kali menyebapkan penurunan produksi lebih dari 60% bahkan gagal panen. Sejarah kakao indonesia stidaknya ada dua OPT yang sangat ditakuti oleh petani PBK dan VSD.  Masih lemahnya sistem pengawasan OPT untuk melokalisir perkembangan OPT agar tidak berpindah ke daerah lain menjadi ancaman tersendiri di dunia perkakao-an indonesia. Ancama OPT dari luar adalah hal serius yang harus menjadi perhatian, salah satunya CSSV.

Penyakit Virus Cocoa Swollen Shoot (CSSV) ini dilaporkan menginfeksi tanaman kakao di Ghana pada tahun 1922. Namun baru dirasakan kerugiannya tahun 1940an. Kerugian saat itu diperkirakan mencapai 2 juta poundsterling. CSSV kemudian menyebar ke negara-negara Afrika lainnya seperti Nigeria, Pantai Gading, Benin, Liberia, Sierra Leone, Togo. Di Asia, penyakit ini juga dilaporkan telah menginfeksi tanaman kakao di Sri Lanka dan Indonesia.  Khusus di Indonesia, CSSV  dijumpai menimbulkan mozaik kakao DR1 di kebun kakao Kalibawang Kulonprogo, DIY.

Di Ghana, penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat mengakibatkan gagal panen. Di Indonesia, penyakit virus pada tanaman kakao yang pertama kali dilaporkan oleh Semangun adalah penyakit mosaik. Keberhasilan penelitian Semangun dan Sinarmojo dalam menularkan penyakit dengan cara penyambungan dan pemberian serangga vektor Pseudococcus sp. serta Ferrisia virgata Cock. Telah memperkuat dugaan bahwa penyakit mosaik disebabkan oleh virus. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa penyakit mosaik ini disebabkan oleh virus Cocoa Swollen Shoot(CSSV).

Gejala penyakit CSSV terutama tampak pada daun, batang, akar dan buah. Daun muda tampak memerah di sekitar tulang daun, terjadi vein clearing pada daun tua, kadang disertai klorosis atau burik. Batang, cabang dan akar tunggang yang masih muda membengkak. Namun strain-strain tertentu tidak menyebabkan terjadinya pembengkakan. Buah yang terinfeksi menjadi abnormal, ukurannya mengecil dan kadang bentuknya membulat. Pada buah-buah muda yang berwarna hijau terdapat bercak-bercak merah jambu atau hijau tua. Pada tanaman dewasa, pucuk yang terinfeksi dapat mengalami kematian.

CSSV ditularkan oleh serangga vektor  golongan kutu-kutuan (Famili:Pseudococcidae). Setidaknya, dilaporkan 20 jenis kutu dompolan (mealybugs) termasuk diantaranya Planococcoides njalensis dan Planococus citri. Hasil penelitian terkini juga menunjukkan bahwa
penularan penyakit ini juga dapat  melalui sambung pucuk/batang, luka akibat perlakuan mekanis dan terbawa benih.

Untuk mencegah meluasnya penyakit CSSV ke daerah yang belum terinfeksi maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

  • Dilarang membawa buah, biji, tunas muda, dan daun kakao ke daerah/kebun yang belum terinfeksi. Sekali tanaman kakao terinfeksi CSSV, maka butuh waktu 2 tahun sebelum gejala awal muncul. 
  • Dilarang memindahkan bahan tanaman sakit, serangga, sampel tanah dari kebun yang terinfeksi kecuali dibawah pengawasan pakar peneliti.  
  • Gunakan selalu sepatu bot yang mudah dibersihkan dan basuh kedua tangan dengan alkohol setelah memegang bahan tanaman sakit. 
  • Bersihkan semua peralatan sebelum masuk ke kebun.
  • Minimalkan jenis dan jumlah peralatan yang akan digunakan di kebun untuk menurunkan resiko kontaminasi.

Sedangkan untuk kebun-kebun yang sudah terinfeksi CSSV maka langkah pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:
  • Tanaman kakao sakit diupayakan untuk dibongkar (eradikasi) untuk menghilangkan sumber inokulum. Dalam upaya ini perlu diingat bahwa biaya yang diperlukan tidak sedikit dan seringkali mengakibatkan pertentangan politik dalam negeri.  
  • Serangga vektor dikendalikan dengan memanfaatkan baik agens pengendali hayati (APH)maupun pestisida nabati. 
  • Penggunaan insektisida kimia yang bersifat sistemik dianjurkan bila telah terjadi serangan endemik.    
  • Melakukan inokulasi silang (preimunisasi) dengan menggunakan strain virus yang avirulen untuk melindungi tanaman kakao dari virus yang virulen.  Dilakukan upaya cordon sanitaire, yaitu suatu jalur yang bebas dari CSSV untuk mengisolir kebun-kebun yang terinfeksi. 

Sumber: Jurnal Ilmiah (Roosmarrani Setiawati, SP., M.Sc)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More