Jumat, 21 November 2014

Manfaat Berlipat melalui SCPP dan Serap



“Saya ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada ADM Cocoa dan Swisscontact untuk semua program yang dijalankan di desa saya. Banya petani kecil yang telah merasakan manfaat dari mempraktekan teknik-teknik yang dipelajari dari sekolah lapang. Sekarang, kebun kakao saya adalah salah satu dari 2.033 kebun yang sudah disertifikasi UTZ di Kolaka Timur. Saya berharap dalam waktu dekat saya bisa menikmati manfaat premium sebagai pemilik kebun bersertifikasi sehingga impian memiliki kehidupan yang lebih bahagia, sehat dan sejahtera dengan menanam kakao bisa tercapai segera”

HALMI (32), pemuda gagah dari Dangia di kabupaten Kolaka Timur di Sulawesi Tenggara adalah seorang petani kakao yang sukses. Halmi adalah lulusan sekolah Lapang ADM Cocoa dan Swisscontact pada tahun 2012. Selama masa pelatihan, Halmi menerima berbagai ilmu dan kahlian manajemen kebun untuk peningkatan produktivitas kakao. Dimulai dengan menanam kakao di lahan
seluas satu hektar, saat ini ia memiliki 4,5 hektar lahan yang dibeli dari hasil menanam kakao.

“Saya sebenarnya baru dalam menanam kakao. Dimulai tahun 2009 dimana saya membantu merawat kebun keluarga saya yang seluas satu hektar. Saat itu, kebun kami adalah salah satu yang menerima bantuan dari program pemerintah. Orang tua saya meminta saya untuk merehabilitasi sekitar 900 pohon kakao yang sudah berumur dengan teknik sambung samping. Sayangnya, produksi kakao masih saja rendah dikarenakan kurangnya pengetahuan dan keahlian merawat kebun dengan pohon yang sudah di sambung samping. Dari satu hektar lahan kami hanya memproduksi 500 kilogram per tahun. Bahkan dengan harga jual 20 ribu rupiah per kilogram saat itu, penghasilan tersebut masih kurang.

Saya terus berkata pada diri saya sendiri bahwa saya harus meningkatkan produksi kakao saya. Saya sangat gembira mendengar bahwa ADM Cocoa dan Swisscontact memfasilitasi sekolah lapang bagi petani di desa saya. Saya pun segera mendaftar. Saya bahkan terpilih sebagai ketua kelompok untuk mengawasi 30 petani yang tergabung dalam kelompok tani 'Tani Makmur III'. Setelah pelatihan, saya dengan rutin mengaplikasi teknik yang direkomendasikan di kebun saya.

Menurut saya, menanam kakao itu gampanggampang susah. Khususnya setelah rehabilitasi, perawatan rutin sangat dibutuhkan karena pohon yang tumbuh cepat. Saya pergi ke kebun setiap hari untuk mengawasi, memangkas, membersihkan, memanen dan kegiatan lainnya untuk menjaga agar kebun saya tetap terawat. Hasilnya, saya bisa memproduksi 1 -1,3 ton per hektar per tahun. Sekarang, saya lebih termotivasi lagi untuk menanam kakao dan telah memperluas lahan kakao saya hingga seluas 4,5 hektar. 

Selain itu, program kerjasama dengan ADM Cocoa yang telah membantu untuk memberikan jaminan harga premium untuk biji kakao fermentasi sekitar 10% lebih tinggi dari biji kakao asalan. Ini memotivasi petani untuk menjual biji fermentasi. Saya kira ini adalah impian setiap petani yakni kerja kerasnya dibayar dengan harga kakao yang lebih tinggi. 

Saya juga menanam pohon kelapa diantara pohon kakao saya. Teknik ini diperkenalkan saat sekolah lapang untuk menghindari pohon kakao dari sinar matahari yang berlebihan. Hal ini mendatangkan manfaat ganda bagi kami. Disamping sebagai tanaman peneduh, kelapa juga menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga saya, khususnya saat kakao mengalami musim trek.
Program juga memberikan pelatihan nutrisi bagi keluarga petani kakao. Pelatihan tersebut merangsang kami untuk membudidayakan sayur-sayuran dilahan disekitar rumah untuk pengadaan bahan makanan yang terpercaya. Sekarang, kami bisa meningkatkan status gizi kami dengan pemahaman yang meningkat tentang penyediaan makanan yang proporsional dan sebagai sumber pendapatan ekstra dengan penjualan sayursayuran”

Sumber: Jurnal Kakao SCPP Swiscontact (Cerita Sukses, Generasi Penerus Petani Kakao)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More